Selasa, 01 Februari 2011

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE (Musa paradisiaca) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA 1


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tanaman pisang merupakan tanaman asli Indonesia yang banyak
diusahakan di daerah tropis karena menyukai iklim panas dan memerlukan
matahari penuh. Tanaman ini dapat tumbuh di tanah yang cukup air pada
daerah dengan ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan air laut. Pisang
merupakan tanaman yang berbuah hanya sekali kemudian mati. Tingginya
antara 2-9 m, berakar serabut dengan batang di bawah tanah (bonggol) yang
pendek. Dari mata tunas yang ada pada bonggol tumbuh tanaman baru (Admin,
2006).
Pemanfaatan tanaman pisang cukup beragam, mulai dari akar, buah,
kulit buah, bonggol, batang pisang, bunga dan daunnya dapat digunakan
sebagai obat (Admin, 2006). Selain itu batang pisang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan, antara lain sebagai tudung penahan hujan maupun panas
bagi bibit yang baru ditanam. Pelepah batang pisang yang telah dikeringkan
dapat digunakan sebagai bahan anyaman kerajinan. Sebelum ada pembungkus
dari bahan plastik, daun pisang mempunyai banyak kegunaan antara lain
sebagai pembungkus makanan jadi yang siap dimakan, sebagai pembungkus
makanan yang diawetkan misalnya lepet ketan, tempe, dan lain-lain. Daun
pisang yang masih hijau digunakan sebagai makanan ternak. Selain dimakan
dalam bentuk segar, buah pisang dapat diolah menjadi pisang goreng, keripik
2
2
pisang, sale pisang, tepung pisang, dan saus pisang. Bunga pisang yang berupa
otong jantung, pada jenis-jenis tertentu dapat menjadi bahan sayur
(Suhardiman, 1997).
Bonggol pisang belum dimanfaatkan oleh masyarakat desa secara
optimal sebagai komoditi yang memiliki nilai lebih, padahal bonggol pisang
mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Dalam 100 g bahan, bonggol
pisang kering mengandung karbohidrat 66,2 g dan pada bonggol pisang segar
mengandung karbohidrat 11,6 g (Nio, 1992). Namun, kemajuan di bidang
bioteknologi telah menggugah hati masyarakat untuk memanfaatkan
bahan-bahan yang kurang bermanfaat untuk diubah menjadi produk baru dan
beberapa hasil olahan yang bermutu. Kandungan karbohidrat yang tinggi
dalam bonggol pisang memungkinkan untuk difermentasi untuk menghasilkan
cuka. Dalam proses fermentasi, karbohidrat akan diubah menjadi gula oleh S.
cerevisiae, gula diubah menjadi alkohol dan alkohol akan diubah oleh A. aceti
menjadi asam asetat.
Cuka merupakan suatu kondimen yang dibuat dari berbagai bahan
yang bergula atau berpati melalui fermentasi alkohol yang diikuti dengan
fermentasi asetat. Produk ini merupakan suatu larutan asam asetat dalam air
yang mengandung cita rasa, zat warna dan substansi yang terekstrak, asam
buah, garam-garam organik dari buah yang berbeda-beda sesuai dengan
asalnya (Desrosier, 1988).
Pembuatan cuka dari bahan baku bonggol pisang secara fermentasi
dapat dijadikan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan cuka yang semakin
3
3
bertambah. Cuka dapat dimanfaatkan sebagai pengatur keasaman pada industri
makanan, sebagai minuman fungsional misalnya cuka apel, sebagai bahan
baku untuk pembuatan bahan kimia lain seperti vinil asetat, selulosa asetat,
asetat anhidrit, ester asetat, dan garam asetat (Irfani, 2006). Cuka yang dijual
harus mengandung paling sedikit 4% (4 g asam asetat per 100 ml), harus segar
dan dibuat dari buah-buahan yang layak dikonsumsi serta harus diberi label
yang semestinya (Desrosier, 1988).
Hasil penelitian Maryuni (2006), biji mangga varietas kuweni
mengandung karbohidrat 11,9 g dan biji mangga arumanis mengandung
karbohidrat 13,1 g digunakan dalam proses fermentasi asam cuka. Dengan
lama satu bulan dihasilkan kadar asam asetat dan alkohol pada cuka biji
mangga arumanis lebih tinggi dibanding varietas biji kuweni yaitu pada cuka
biji mangga arumanis kadar asam asetat 4,31% dan kadar alkohol 1,43%. Pada
cuka biji mangga varietas biji kuweni yaitu kadar asam asetat 3,49% dan kadar
alkohol 0,81%. Tinggi rendahnya kadar asam asetat dan alkohol pada cuka
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya kadar karbohidrat setiap gramnya dan
banyaknya induk cuka yang ditambahkan. Pada penambahan induk cuka 3 ml
dihasilkan cuka maksimal 3,1195 g/ml sedangkan penambahan induk cuka 4,5
ml dihasilkan cuka maksimal 4,2364 g/ml (Noeraini, 2005).
Berawal dari latar belakang diatas maka peneliti mengambil
judul: ”PEMANFAATAN BONGGOL PISANG RAJA SERE (Musa
paradisiaca) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN CUKA”.
4
4
B. PEMBATASAN MASALAH
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1. Subjek dalam penelitian ini adalah bonggol pisang (Musa paradisiaca)
varietas raja sere setelah panen.
2. Objek penelitian ini adalah kadar alkohol dan asam asetat pada cuka hasil
fermentasi bonggol pisang (Musa paradisiaca) varietas raja sere.
3. Parameter penelitian ini adalah parameter fisik meliputi warna, rasa, aroma,
pH, dan parameter kimia meliputi fermentasi I kadar alkohol, fermentasi II
kadar alkohol dan kadar asam asetat.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian diatas maka didapat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penambahan induk cuka terhadap kadar asam asetat
pada cuka hasil fermentasi bonggol pisang (Musa paradisiaca) varietas
raja sere?
2. Berapakah kadar alkohol pada cuka hasil fermentasi I dan II bonggol
pisang (Musa paradisiaca) varietas raja sere?
3. Berapakah kadar asam asetat pada cuka hasil fermentasi bonggol pisang
(Musa paradisiaca) varietas raja sere?
5
5
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan induk cuka terhadap kadar asam
asetat pada cuka hasil fermentasi bonggol pisang (Musa paradisiaca)
varietas raja sere.
2. Untuk mengetahui kadar alkohol pada cuka hasil fermentasi I dan II
bonggol pisang (Musa paradisiaca) varietas raja sere.
3. Untuk mengetahui kadar asam asetat pada cuka hasil fermentasi bonggol
pisang (Musa paradisiaca) varietas raja sere.
E. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diharapkan diperoleh
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi peneliti.
2. Memberi informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan bonggol
pisang daripada dibuang.
3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat bahwa karbohidrat
yang terkandung di dalam bonggol pisang dapat dimanfaatkan untuk
difermentasi menjadi cuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar