Aisyah r.a berkata bahwa beliau pernah mendengar Rosulullah SAW  bersabda," Apabila harta kekayaan tidak terdapat sedekah sama sekali,  maka ia akan membinasakannya".
Sahabat Rumah Yatim  Indonesia yang dicintai Allah SWT, terfikirkah oleh kita bahwa segala  harta kekayaan yang kita kumpulkan sedikit demi sedikit hingga kemudian  membukit, demikian juga segala jabatan dan kekuasaan yang dalam  genggaman kita saat ini dan esok, akan musnah dalam sekejab diluar  prediksi kita, sebabnya kelihatannya sepele KARENA KITA LUPA SEDEKAH.
Dikisahkan,  seorang bangsawan mempunyai seorang pembantu setia yang telah bekerja  padanya sedari kecil. Pembantu itu adalah anak yatim piatu terlantar  yang dipungut oleh ayahnya di suatu tempat. Sedangkan si bangsawan  adalah orang yang hidup berkelimpahan harta, gemar berfoya-foya, namun  tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang miskin dan menderita.
Suatu  hari, si majikan memberi tugas kepada si pembantu tersebut untuk pergi  ke luar kota menagih utang. Sebelumnya, dengan nada pongah dia berpesan,  “Pembantuku, setelah Kamu berhasil menagih semua uang itu, pergilah  berkeliling kota untuk mencari dan membelikan barang yang belum aku  miliki.”
Di dalam hati, si bangsawan tertawa geli. Sebab  ide menugaskan si pembantu untuk mencari dan membelikan barang yang  belum dipunyai, sebenarnya bertujuan untuk mempermainkan pembantunya  demi menyombongkan dirinya sendiri. Hal itu dilakukan karena dia tahu  bahwa di rumahnya yang indah dan dipenuhi dengan kekayaan yang berlimpah  itu, tidak ada suatu barang berharga apapun yang tidak dimilikinya.
“Biarkan  saja dia pusing dan kecapekan berjalan mencarikan barang buatku  hahaha”. Serunya sambil tertawa-tawa dalam hati, membayangkan  pembantunya akan frustasi.
Beberapa hari kemudian, saat  pembantunya pulang, si bangsawan menyambutnya dengan antusias. Ia ingin  tahu barang apa yang berhasil di beli oleh pembantunya. Tetapi alangkah,  kaget dan marah ketika tahu bahwa uang yang berhasil ditagih,  dihabiskan si pembantu dengan memberikan barang-barang kepada  orang-orang miskin di sana. Tanpa mau mendengar alasannya, si pembantu  dihukum cambuk. Kemudian ia juga dipotong gajinya, dan sejak saat itu,  si bangsawan memperlakukan pembantu tersebut dengan kasar dan penuh  makian.
Tiba suatu ketika, terjadi bencana alam yang luar  biasa di sana. Seluruh harta si bangsawan musnah dan dia pun jatuh  bangkrut. Karena musibah yang memporak-porandakan desa itu, kemudian si  bangsawan memutuskan untuk pergi ke kota lain guna mencari kehidupan  baru. Sementara, sang pembantu yang sering dicacinya, tetap setia  mengikutinya.
Berhari-hari kemudian, setibanya mereka di  sebuah kota, penduduk di sana menyambut mereka dengan baik dan ramah.  Bahkan, banyak di antara mereka memberi makan dan tumpangan. Mendapat  perlakuan yang sangat ramah tersebut, si bangsawan keheranan. Ia tidak  menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu. Lantas, ia pun bertanya  kepada si pembantu.
Pembantu itu pun kemudian memberi  penjelasan, “Tuanku, saya pernah kemari beberapa waktu lalu. Tuan pasti  ingat, sewaktu memberi tugas kepada saya untuk memberikan barang yang  belum Tuan miliki dari semua uang hasil tagihan. Uang itu telah saya  belikan cinta kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan saat itu.  Sekarang, giliran merekalah yang menolong kita saat ini. Waktu itu Tuan  telah punya semua barang, hanya satu barang yang Tuan belum miliki,  yaitu cinta. Maka, waktu itu saya membelikanya untuk Tuan. Dan cinta  itulah yang saat ini memberi kehidupan baru kepada kita. Semoga Tuan  memahami dan tidak marah lagi atas tindakan saya waktu itu.”
Dengan  mata berkaca-kaca, si bangsawan kemudian memeluk pembantu setianya itu.  Ia pun berucap, “Sekarang aku baru sadar, aku adalah seorang kaya yang  miskin… Miskin cinta, miskin perhatian pada orang lain. Terima kasih  Sahabat… Maafkan aku. Aku telah memperlakukanmu dengan semena-mena.  Padahal Engkau telah membelikan cinta yang tidak aku miliki. Sekarang,  justru cinta itulah yang menolong kita untuk memulai kehidupan baru.”
Sahabat,  Kita hidup di dunia ini tidak sendiri, namun saling bergantung satu  sama lain. Kita sangat membutuhkan orang lain agar hidup kita tidak  menjadi kaku dan monoton. Disadari atau tidak, manusia secara alami  memiliki keterkaitan satu sama lain. Karena itu, apa yang kita lakukan  pada orang lain dan apa yang kita perbuat saat ini, bisa memberi dampak  yang terkadang tidak kita sangka di masa mendang.
Karena  itu, apapun yang kita lakukan saat ini, harus kita pikirkan bagaimana  pengaruhnya bagi orang lalin. Jika kita menebar kebaikan, niscaya kita  pun akan mendapatkan balasan kebaikan itu. Memang, kadang tidak secara  langsung. Kadang, balasan itu hadir saat kita sedang benar-benar  membutuhkan.
Mari, kita asah naluri dan nurani kita agar  makin terbiasa membantu orang lain.  Dengan begitu, kita telah menanam  banyak benih cinta yang buahnya kelak akan membawa kita pada kebahagiaan  yang sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar